BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampai
saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di
negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat diare. WHO (World Health Organization)
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 8 tahun. Di
Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB) (Harianto, 2004).
Diare
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut
yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis
yang berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan
oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila
tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan
kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare
menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia
setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga
menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah
satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi
sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas
bakteriologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas
air 2004).
Oleh karena itu
maka penulis tertarik untuk mengambil kasus diare pada An.A yang mengalami
peningkatan di RSU Kab. Tangerang kejadian diare pada anak balita adalah banyak
maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus An.A dengan diare di RSU Kab Tangerang.
1.2
Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Kasus pada An. A Umur 8 bulan
dengan Diare di Ruang Anyelir Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang Tanggal 9-10
September 2013.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui
anamnesa pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah Sakit
Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
2.
Mengetahui
Pemeriksaan fisik pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas
Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
3.
Mengetahui
Pemeriksaan penunjang pada An. A umur 8 bulan dengan diare di ruang Anyelir
Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
4.
Mengetahui
Perencanaan pada An. A umur 8 bulan
dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10
September 2013.
5.
Mengetahui
Penatalaksanaan tindakan pada An. A umur
8 bulan dengan diare di ruang Anyelir Atas Rumah Sakit Umum Kab.
Tangerang tanggal 9-10 September 2013.
6.
Mengetahui
evaluasi pada An. A umur 8 bulan dengan
diare di ruang Anyelir Atas Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang tanggal 9-10
September 2013.
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1
Bagi Rumah Sakit
Dapat
dijadikan tambahan pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada klien.
1.3.2
Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan kualitas pelatihan dan
bimbingan agar mahasiswa lebih terampil dan termotivasi dalam melaksanakan
makalah. Hasil dari makalah dapat dijadikan bahan bacaan dan panduan bagi angkatan selanjutnya dalam menyusun
laporan makalah serta untuk menambah
referensi di perpustakaan.
1.3.3
Bagi Klien
Menambah
pengetahuan dan wawasan penulis dibidang kesehatan, terutama tentang diare pada
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair (Hipocrates, 1988).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal,
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari pada biasanya (FKUI,
1985).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feses encer
dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atau lender
saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Saifullah Noer, 1998).
Diare adalah defakasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja. Diare akut adalah diare yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Mansjoer dkk, 2000).
2.2
Anatomi dan Fisiologi
Menurut Pearch
(2009), anatomi Lambung
terletak dari
kiri dan kanan menyilang dibawah diafragma. Secara klinis anatomi lambung
terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah
kanan atas lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter cardiac atau spincter
esofagus bawah, mengalirkan makanan
masuk ke dalam
lambung terdiri dari dari 4 lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan
bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada
kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke arah hati membentuk
omentum minus. Gambar 2.1
Anatomi
saluran pemcernaan
Fungsi lambung
terdiri dari : menampung makanan, menghancurkan.
Getah cerna
lambung dihasilkan oleh :
a.
Pepsin, fungsinya : memecah putih
telur menjadi asam amino.
b.
HCL, fungsinya : mengasamkan
makanan, antiseptik, desinfektan.
c.
Renin, fungsinya : sebagai ragi
yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen.
Usus
Halus (Intestinum Minor)
Usus halus
merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai
katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian
tengah dan bawah rongga abdomen. Usus
halus dibagi menjadi : duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 28 cm, mulai dari
pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan
ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter.
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau
lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum.
Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, otot yang meliputi
usus halus mempunyai 2 lapisan :
a.
Lapisan luar terdiri atas : serabut
longitudinal yang telah tipis.
b.
Lapisan dalam terdiri atas :
serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik usus. Gambar 2.2
Anatomi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama
: pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah
enzim dalam getah usus (sukus anterikus).
Dua hormon penting dalam pengaturan
pencernaan usus, lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan
kandung empedu yang dirantai oleh kerja kolesistokinin.
Fungsi usus besar :
a.
Menerima zat-zat makanan yang sudah
dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluran-saluran limfe.
b.
Menyerap protein dalam bentuk asam
amino.
c.
Karbohidrat diserap dalam bentuk
monosakarida.
Fungsi usus besar :
a.
Menyerap air dan makanan.
b.
Tempat tinggal bakteri koli.
c.
Tempat faeces.
2.3
Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh
bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut
adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,
kemoterapi impaksi fekal (overlow
diarrhea), atau berbagai kondisi lain.
Faktor penyebab
diare menurut Marmi (2012) adalah :
a. Infeksi
a)
Virus ( Ratovirus, Adenovirus, Norwalk
)
b)
Bakteri ( Shigelia, Salmonella, E.
Coli, Vibrio )
c)
Parasit ( Protozoa, E. Histolitica, G.
Lamblia, Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongilucdes ).
b.
Infeksi
parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
c.
Faktor
Malabsorbsi :
a)
Malabsorbsi
karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan sering ialah
toleransi laktosa.
b)
Malabsorbsi
lemak
c)
Malabsorbsi
protein.
d.
Faktor
Makanan :
makanan basi, beracun, alergi atau protein.
e.
Imunodefisiensi
f.
Faktor
Psikologis :
rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
2.4
Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, maka
penyebab diare dibagi menjadi :
a.
Diare sekresi yaitu yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogendan apatogen, hiperperistaltik usus
halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.
b.
Diare osmotik yaitu yang dapat
disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi
berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Diare
disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri
menghasilkan toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi
berlebihan air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare,
karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-zat makanan
yang tidak dapat diserap menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
Pada diare akan
terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis
metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan Kussmaul, hipoglikemia, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi (Marmi, 2012).
2.5
Tanda dan
Gejala
2.5.1
Anamnesis (
Keluhan )
Keluhan atau data subjektif yang
dirasakan pada saat anak/bayi yang mengalami diare, yaitu :
a.
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah,
suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
b.
Sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
c.
Warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d.
Anus dan sekitarnya lecet karena
seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat bnayaknya asam laktat.
2.5.2
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik atau data objektif
yang terdapat pada anak/bayi yang mengalami diare adalah :
a.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,
turgor kulit jelas ( elistitas kulit menurun ), ubun-ubun dan mata cekung
membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
b.
ssPerubahan
tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan darah menurun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun ( apatis, samnolen,
sopora komatus ) sebagai akibat hipovokanik.
c.
Bila terjadi asidosis metabolik klien
akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam ( kusmaul ).
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan
Tinja
a)
Makroscopis dan microscopis
b)
PH dan kadar guula jika diduga ada
intoleransi gula (sugar intolerance)
c)
Biakan kuman untuk mencari kuman
penyebab
d)
Uji resistensi terhadap berbagai
antibiotik (pada diare persisten).
b.
Pemeriksaan
darah
a)
Darah perifer lengkap
b)
Analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan serum pada diare yang disertai kejang).
c.
Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin darah
a)
untuk mengetahui faal ginjal.
d.
Duodenal
intubation
a)
Untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
2.6
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah sebagai berikut :
a.
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang
hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah
cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang melalui
diare dan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal water loses=NWL),
dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung (concomintcnt water loses=CWL). Jumlah ini tergantung
pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur.
(Mansjoer, Arief dkk,
2000)
Jumlah
cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan
derajat dehidrasi.
Tabel 2.1
anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg)
No.
|
Dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWl
|
Jumlah
|
1.
|
Ringan
|
80
|
100
|
28
|
178
|
2.
|
Sedang
|
78
|
100
|
28
|
200
|
3.
|
Berat
|
128
|
100
|
28
|
280
|
a)
Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak
umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
Tabel 2.2
Anak umur 2-8 tahun (BB 10-18 kg)
No.
|
Dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWL
|
Jumlah
|
1.
|
Ringan
|
30
|
80
|
28
|
178
|
2.
|
Sedang
|
80
|
80
|
28
|
188
|
3.
|
Berat
|
80
|
80
|
28
|
188
|
b)
Jumlah cairan
(ml) yang hilang pada anak umur>18 tahun (BB 18-28 kg) sesuai dengan derajat
dehidrasi.
Tabel 2.3
anak umur >18
tahun (BB 18-28 kg)
No.
|
Dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWl
|
Jumlah
|
1.
|
Ringan
|
28
|
68
|
28
|
118
|
2.
|
Sedang
|
80
|
68
|
28
|
140
|
3.
|
Berat
|
80
|
68
|
28
|
170
|
b.
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi
c.
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dngan panas,
kecuali pada :
a)
Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
b)
Suspek kolera dengan dehidrasi berat
c)
Diare persisten
d.
Obat-obatan anti diare meliputi antimotilitas (misal loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (mis. Norit, kaolin, attapulgit). Anti
muntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak ada satupun uobat-obat ini
terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan
mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada anak
<8 tahun.
Tabel 2.4
Penilaian derajat dehidrasi
No.
|
Penilaian
|
A
|
B
|
C
|
|
1.
|
Lihat :
kedaan umum
|
Baik, sadar
|
Gelisah,
Rewel*
|
Lesu, lunglai, atau tidak
sadar*
|
|
2.
|
Mata
|
Normal
|
Cekung
|
Sangat cekung
|
|
3.
|
Air mata
|
Ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
|
4.
|
Mulut dan lidah
|
Basah
|
Kering
|
Sangat kering
|
|
8.
|
Rasa haus
|
Minum biasa tidak haus
|
Haus, ingin minum banyak*
|
Malas minum atau tidak bisa
minum*
|
|
6.
|
Periksa : turgor kulit
|
Kembali cepat
|
Kembali lambat
|
Kembali sangat lambat*
|
|
7.
|
Hasil pemeriksaan
|
Tanpa dehidrasi
|
Dehidrasi ringan/sedang
Bila ada 1 tanda* ditambah 1
tanda atau lebih tanda lain
|
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda*
ditambah 1 atau lebih tanda
lain
|
|
Terapi
|
Rencana terapi A
|
Rencana terapi B
|
Rencana terapi C
|
||
Penilaian
dimulai dengan melihat pada kolom C.
Rencana pengobatan A
Digunakan
untuk:
a.
Mengatasi diare tanpa dehidrasi
b.
Meneruskan terapi diare dirumah
c.
Mmeberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi
Tiga cara
dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut:
1)
Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
2)
Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
3)
Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari
*Jika akan
diberikan larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2
hari.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur
|
Jumlah oralit
yang diberikan tiap b.a.b
|
Jumlah oralit
yang disediakan di rumah
|
<12 bulan
|
80-100 ml
|
400 ml/hari (2 bungkus)
|
1-4 tahun
|
100-200 ml
|
600-800 ml/hari, 3-4 bungkus
|
>8 tahun
|
200-300 ml
|
800-1.000 ml/hari, 4-8 bungkus
|
Dewasa
|
300-400 ml
|
1.200-2.800 ml/hari
|
Cara
memberikan oralit:
1.
Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.
2.
Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua.
3.
Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit
(misalnya sesendok tiap 1-2 menit).
4.
Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk
memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali
kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.
Rencana pengobatan B
Dalam 3 jam pertama berikan 78 ml/kg BB atau bila berat badan anak tidak diketaui dan atau
memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel dibawah ini:
Jumlah
oralit yang diberikan 3 jam pertama
Umur
|
<1 tahun
|
1-8 tahun
|
>8 tahun
|
Dewasa
|
Jumlah oralit
|
300 ml
|
600 ml
|
1.200 ml
|
2.400 ml
|
Rencana
pengobatan C
Ikuti arah panah. Bila jawaban dari pertanyaan ya,
teruskan ke kanan. Bila tidak, teruskan ke bawah.
Cairan intravena yang
dianjurkan adalah Ringer laktat. Bila tidak tersedia garam faal (9 gram
NaCl/I), larutan DG ana (28 gram atau 80 gram/I) atau Dekstrose 2 a (80 gram
atau 100 gram/I) dapat digunakan. Larutan intravena ynag mengandung hanya
glukosa tidk boleh digunakan.
|
|
|
Ya
Tidak
|
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
|
|
Tangagal masuk
RS : 8 September 2013 Tanggal Pengkajian : 9 September 2013
3.1 Anamnesis
3.1.1
Identifikasi
A.
Pasien
Nama : An. A
Usia :
8 bulan
Jenis Kelamin :
Perempuan
Anak ke :
3 (tiga)
Jumlah Saudara Kandung : 2 (dua)
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat Rumah :
Rawa Lele
B.
Penanggung
Jawab
Nama : Tn. S
Usia :
38 tahun
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia
Alamat Rumah :
Rawa Lele
Hubungan dengan Pasien : Orangtua
Nomer Telepon : 087878646xxx
3.1.2 Keluhan
Utama
Orang tua anak mengatakan bahwa datang
ke rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dengan alasan ingin memeriksakan
kesehatan anaknya yang mengalami keluhan
panas lebih dari lima hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit,
mencret-mencret encer ±4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari.
3.1.3 Riwayat
Antenatal
Penyakit/infeksi saat hamil : Tidak ada
Tempat dan frekuensi ANC : BPS, 4x ANC
Imunisasi yang diperoleh saat ANC &
Frekuensi : Imunisasi TT1
& TT2
Kebiasaan Ibu Selama Hamil :Melakukan pekerjaan RT
Obat/Jamu yang diminum selam Hamil : Tidak ada
3.1.4
Riwayat Kelahiran
Tempat Lahir dan
Penolong : BPS & penolong Bidan
Cara
dalam Kelahiran : spontan dan
lamanya ±20 menit
Kompliksi
Persalinan : Tidak ada
Kondisi
saat Lahir : Baik
3.1.5
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi
|
BCG
|
Hepatitis
|
DPT
|
Polio
|
Campak
|
DT
|
Dan lain-lain
|
Terakhir diberikan
|
9 Februari 2013
|
20 Mei 2013
|
19 Juni 2013
|
19 Juni 2013
|
-
|
-
|
-
|
Frekuensi pemberian
|
1x
|
2x
|
3x
|
3x
|
-
|
-
|
-
|
3.1.6
Riwayat
Kesehatan
A.
Riwayat
Perkembangan Anak
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya
berumur 8 bulan sudah bisa merangkak, bicara tidak ada makna, sudah memegang
benda kecil, saat 6 bulan sudah bisa duduk tanpa dibantu, dan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap serta berkembang sesuai dengan usianya.
B.
Riwayat
Penyakit yang Sedang diderita
a.
Pasien
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya
sedang menderita penyakit diare dan anaknya tidak pernah menderita penyakit
menular seperti (HIV/AIDS, TBC, Hepatitis), penyakit menurun seperti (Diabetes
Mellitus, Hipertensi dan Asma), dan penyakit menahun seperti (Jantung dan
Ginjal).
b.
Orangtua
dan Keluarga
Orangtua anak mengatakan bahwa ibu dan
ayahnya tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC,
Hepatitis), penyakit menurun seperti (Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma),
dan penyakit menahun seperti (Jantung dan Ginjal).
C.
Penyuluhan
yang Didapat Oleh Orangtua atau Keluarga Terdekat
Orangtua anak mengatakan bahwa dirinya
pernah mendapatkan penyuluhan tentang merawat bayi, pemberian ASI eksklusif
serta pemberian nutrisi yang tepat dan seimbang bagi anak.
3.1.7
Riwayat
Psikososial Budaya Keluarga
Orangtua anak mengatakan bahwa ibu ayah
dan keluarganya sangat senang atas kehadiran anak ketiganya yang berjenis
kelamin perempuan, dikarenakan anak sebelumnya berjenis kelamin laki-laki
semua. Dan yang sekarang putri kecilnya tersebut sudah mulai beranjak besar.
3.1.8
Pola
Kehidupan Sehari-hari
A.
Pola
Nutrisi
Lama pemberian ASI : 6 bulan
Jenis makanan utama : Bubur atau
makanan lunak dan ASI tetap diberikan
Jumlah/Frekuensi pemberian : 3 x sehari
Nafsu makan : Sedikit berkurang
B.
Pola
Eliminasi
a.
BAK
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya
BAK 8-8x perhari, warna kekuningan, bau khas dan tidak nyeri.
b.
BAB
Orangtua anak mengatakan bahwa biasanya
frekuensi BAB 1-2x/hari warna kuning, bau khas dan konsistensi lembek. Pada
saat sakit anaknya BAB ±4x perhari warna kuning, bau khas dan konsistensi
encer.
C.
Pola
Aktivitas
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya
sudah berkembang sesuai dengan usianya saat ini dan aktivitas anak sehari-hari
hanya bermain.
D.
Pola
Istirahat/Tidur
Orangtua anak mengatakan anaknya tidur
siang ±4 jam (12.00 – 16.00 WIB) dan tidur malam ± 10 jam (21.00 – 07.00 WIB). Semenjak sakit pola tidur/istirahat tidak
teratur.
E.
Personal
Hygiene
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya
mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, mencuci rambut 2x sehari dan
mengganti popok/pakaian 2x sehari atau jika basah dan kotor.
3.2
PEMERIKSAAN
FISIK
Tanggal :
9 September 2013
Jam :
09.48 WIB
A.
Keadaan
Umum
Pasien tampak sakit ringan sedang karena
tidak ada tanda-tanda dehidrasi berat.
B.
Tingkat
Kesadaran
1.
Kesadaran secara umum : Composmentis
2.
Skala koma Glaslow
(Kuantitatif)
Respon motorik : 6
Respon bicara : 5
Respon membuka
mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan (Kualitatif) : Baik
C.
Tanda-tanda
Vital
1.
Suhu : 37,5 ºC
Lokasi :
Axilla
2.
Nadi : 98 x/menit
Jenis :
Reguler
3.
Pernapasan : 35 x/menit
Irama :
Teratur
Jenis :
Perut
D.
Antropometri
1.
BBL/TBL :
2800 gram/48 cm
2.
Lingkar Lengan Atas : 9 cm
3.
BB (k/p sebelum/sesudah) :
8 kg
4.
Tinggi Badan : 70 cm
5.
Index Masa tubuh (IMT) :
Kesimpulan Berat Badan :
E.
Survei
Umum
1.
Ekspresi wajah mengantuk : Tidak ada
2.
Banyak menguap : Tidak ada
3.
Palpebra inferior berwarna gelap : Tidak ada
4.
Kontak mata : Baik
5.
Edema : Tidak ada
6.
Icterik : Tidak ada
7.
Peradangan : Tidak ada
8.
Lesi : Tidak ada
9.
Postur Tubuh : Lordosis
10.
Gaya jalan : Normal
11.
Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
12.
Tracheostomi : Tidak ada
13.
Perfusi pembuluh perifer kuku : Tidak ada
14.
Aktivitas Harian
a.
Makan :
2
b.
Mandi : 2
c.
Pakaian : 2
d.
Kerapihan : 2
e.
Buang air besar : 2
f.
Buang air kecil : 2
g.
Mobilisasi di tempat tidur : 2
h.
Kesimpulan : Bantuan orang
F.
Pemeriksaan
Head To Toe
1.
Inspeksi
A.
Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah :
Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun :
Tidak cekung
B.
Muka
Kebersihan :
Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema :
Tidak ada oedema
C.
Mata
Bentuk :
Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva :
Tidak ada pucat
Sklera :
Tidak ada kuning
Palpebra :
Tidak ada oedema
D.
Mulut
Bentuk :
Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis
Bibir : Tidak ada stomatitis
Gigi : Keadaan gigi rapih dan tidak ada
caries
Lidah : Bersih
E.
Abdomen
Kebersihan :
Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
F.
Anus
Varices :
Tidak ada
Oedema :
Tidak ada oedema
Kelainan :
Tidak ada
2.
Palpasi
A.
Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak
ada
Turgor Kulit :
Menurun
Kembung :
Tidak ada
3.
Auskultasi
A.
Abdomen
Bising Usus :
Hiperaktif
G.
Perkembangan
A.
Kembang
a.
Motorik
Halus
Anak “A” sudah mampu memasukan mainan
kedalam cangkir dan meletakakkan benda ke tangan orang lain.
b.
Motorik
Kasar
Anak “A” sudah bisa duduk secara sempurna dan berbicara seperti “ma,
pa, mam”.
B.
Sistem
Neuorologi
Reflek Moro : Positif / Kuat
Reflek Rooting : Positif / Kuat
Reflek Graphs / Plantar : Positif / Kuat
Reflek Sucking : Positif / Kuat
Reflek Tonic Neck : Positif / Kuat
Reflek Swallowing : Positif / Kuat
Reflek Babynsky : Positif / Kuat
3.2
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 07.30 WIB
3.3.1 Laboratarium
A.
Hemoglobin :
10,4 G/dl
B.
Jumlah Leukosit :
18.800 µL
C.
Hematokrit :
32 %
D.
Jumlah Trombosit :
481.000 µ
E.
GDS :
71 mg/dl
F.
Elektrolit
Na : 131 mmol/L
K : 8,3
mmol/mL
Cl : 112
mmol/mL
3.2.3
USG
Tidak dilakukan
3.2.4
Lain-lain
Tidak dilakukan
3.2.5
Terapi
A.
Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
B.
Lacto B : 2
x 1
C.
Pct :
3 x ½ sendok teh
D.
Zink Syip : 3 x
1 sendok the
E.
Cefotaxim :
2 x 800 gram yang disuntikan
3.3
PERENCANAAN
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.08 WIB
3.4.1
Lakukan
Pemeriksaan pada anak
Dengan
melakukanpemeriksaan pada anak diharapkan dapat mengetahui kondisi yang dialami
oleh anak saat ini.
3.4.2
Observasi
keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
Diharapkan dengan dilakukan observasi
keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital, keadaan pasien dapat dipantau.
3.4.3
Observasi
tanda-tanda dehidrasi
Diharapkan dengan dilakukan observasi
tanda-tanda dehidrasi pasien tidak mengalami dehidrasi ke tingkat yang lebih
tinggi.
3.4.4
Jelaskan
hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga
Diharpkan ibu ayah dan keluarga dapat
mengerti tentang kondisi anaknya saat ini.
3.4.5
Lakukan
rehidrasi dengan memberikan oralit
Diharapkan keadaan anak dapat membaik
dan tidak terjadi dehidrasi.
3.4.6
Berikan
HE kepada ibu tentang nutrisi dan personal hygiene
A.
Nutrisi
Lakukan pengenceran padapemberian susu
formula.
B.
Persenal
Hygiene
a.
Jaga kebersihan badan terutama
pada kebersihan kuku dan jari.
b.
Cara membersihkan botol sesuai
dengan standart (sterlisasi).
3.4.7
Berikan
terapi kepada pasien
Diharapkan untuk mempercepat kesembuhan
pasien.
3.5
PENATALAKSANAAN
Tanggal : 9 September 2013
Jam : 10.10 WIB
3.5.1
Melakukan
Pemeriksaan kepada anak untuk mengetahui kondisi yang dialami oleh anak saat
ini.
3.5.2
Melakukan
observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital
A.
Kesadaran : Composmentis
B.
Keadaan umum : Cukup
C.
Tanda-tanda Vital
a.
Suhu : 37,8 ºC
Lokasi :
Axilla
b.
Nadi : 98 x/menit
Jenis :
Reguler
c.
Pernapasan : 38 x/menit
Irama :
Teratur
Jenis :
Perut
3.5.3
Observasi
tanda-tanda dehidrasi
A.
Mata : Tidak ada cekung dan hitam
B.
Turgor Kulit : Menurun
C.
Abdomen : Kembung (+), Bising Usus (+)
3.5.4
Menjelaskan
hasil Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui kondisi
pasien saat ini.
3.5.5
Melakukan
rehidrasi dengan memberikan oralit
3.5.6
Berikan
HE kepada ibu tentang nutrisi dan personal hygiene
A.
Nutrisi
Diet rendah serat dengan cara melakukan
pengenceran pada pembuatan susu formula.
B.
Personal
Hygiene
a.
Menjaga kebersihan badan terutama
pada kebersihan kuku dan jari.
b.
Cara membersihkan botol sesuai
dengan standart (sterlisasi) yaitu dengan cara merebus botol kedalam air
mendidih ±20 menit untuk menghilangkan kuman / bakteri yang tertinggal didalam
botol susu.
3.5.7
Memberikan
terapi kepada pasien
A.
Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan :
10x permenit
B.
Lacto B : 2 x 1
C.
Pct : 3 x ½ sendok teh
D.
Zink Syip : 3 x 1 sendok the
E.
Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
3.6
EVALUASI
Tanggal :
9 September 2013
Jam :
10.12 WIB
3.6.1
Subyektif
Orangtua ank mengatakan mengerti dengan
penjelasan yang telah diberikan oleh petugas dan dapat mengulang kembali apa
yang telah dijelaskan oleh petugas.
3.6.2
Obyektif
A.
Kesadaran : Composmentis
B.
Keadaan Umum : Cukup
C.
Tanda-tanda Vital
a.
Suhu : 37,8 ºC
Lokasi : Axilla
b.
Nadi : 98 x/menit
Jenis : Reguler
c.
Pernapasan : 38 x/menit
Irama : Teratur
Jenis : Perut
D.
Mata : Tidak cekung dan hitam
E.
Turgor Kulit : Menurun
F.
Abdomen : Kembung (+), Bising Usus (+)
3.6.3
Assement
Anak “A” usia 8 bulan dengan diare
dehidrasi ringan.
3.6.4
Planning
A.
Menginformasikan hasil
Pemeriksaan kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui kondisi pasien
saat ini.
B.
Melakukan pemberian oralit untuk
mencegah dehidrasi.
C.
Memberikan HE pada ibu tentang :
a.
Personal hygiene
b.
Nutrisi
c.
Pentingnya pemberian cairan dan
cara membersihkan botol
d.
Membiasakan memcuci tangan
sebelum dan sesudah merawat anak
e.
Minum obat secra teratur
f.
Kontrol uang 3 hari lagi pada
tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
D.
Memberikan terapi kepada pasien
a.
Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 10x permenit
b.
Lacto B : 2 x 1
c.
Pct : 3 x ½ sendok teh
d.
Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e.
Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
DATA PERKEMBANGAN
Tanggal : 10 September 2013
Jam : 09.30 WIB
A.
Subyektif
Orangtua anak mengatakan bahwa anaknya
sudah lebih membaik, tidak ada demam dan mencret-mencret, BAB sudah normal
seperti biasanya setelah diberikan pengobatan.
B.
Obyektif
Tanggal :
10 September 2013
Jam :
09.30 WIB
1.
Keadaan
Umum
Tanggal :
10 September 2013
Jam :
09.30 WIB
1)
Kesadaran : Composmentis
2)
Keadaan umum : Cukup
3)
Tanda-tanda Vital
a.
Suhu : 36,9 ºC
Lokasi :
Axilla
b.
Nadi : 98 x/menit
Jenis :
Reguler
c.
Pernapasan : 38 x/menit
Irama :
Teratur
Jenis :
Perut
2.
Pemeriksaan
Head To Toe
Tanggal :
10 September 2013
Jam :
09.38 WIB
a.
Inspeksi
a)
Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah :
Lebat
Rontok/Tidak : Tidak rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung
b)
Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat :
Tidak ada pucat
Oedema :
Tidak ada oedema
c)
Mata
Bentuk :
Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera :
Tidak ada kuning
Palpebra :
Tidak ada oedema
d)
Mulut
Bentuk :
Simetris, tidak ada labio skisis/palate skisis
Bibir :
Tidak ada stomatitis
Gigi :
Keadaan gigi rapih dan tidak ada caries gigi
Lidah :
Bersih
e)
Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
f)
Anus
Varices :
Tidak ada
Oedema :
Tidak ada oedema
Kelainan :
Tidak ada
b.
Palpasi
a)
Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak ada
Turgor Kulit : Menurun
Kembung :
Tidak ada
c.
Auskultasi
a)
Abdomen
Bising Usus : Tidak ada
3.
Pemeriksaan
Penunjang
Tanggal :
10 September 2013
Jam :
09.88 WIB
a.
Laboratarium
Tidak dilakukan
b.
USG
Tidak dilakukan
c.
Lain-lain
Tidak dilakukan
d.
Terapi
a)
Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan : 8x permenit
b)
Lacto B : 2 x 1
c)
Pct : 3 x ½ sendok teh
d)
Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e)
Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
C.
Assement
Anak “A” usia 8 bulan dengan dehidrasi
ringan.
D.
Planning
a.
Menginformasikan hasil Pemeriksaan
kepada ibu ayah dan keluarga pasien untuk mengetahui kondisi pasien saat ini.
b.
Melakukan pemberian oralit untuk
mencegah dehidrasi.
c.
Memberikan HE pada ibu tentang :
a)
Personal hygiene
b)
Nutrisi
c)
Pentingnya pemberian cairan dan
cara membersihkan botol
d)
Membiasakan memcuci tangan
sebelum dan sesudah merawat anak
e)
Minum obat secra teratur
f)
Kontrol uang 3 hari lagi pada
tanggal 13 September 2013 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
d.
Memberikan terapi kepada pasien
a)
Infus KA EN 3B + KCl 10 cc
Tetesan :
10x permenit
b)
Lacto B : 2 x 1
c)
Pct : 3 x ½ sendok teh
d)
Zink Syip : 3 x 1 sendok the
e)
Cefotaxim : 2 x 800 gram yang disuntikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
uraian perkembangan kasus, penulis menerapkan asuhan pada bayi. Pada Bab ini penulis akan menyajikan pembahasan dengan membandingkan
antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada An.A.
Menurut
Winardi (1981), tanda dan gejala diare adalah dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk
dan konsistensi tinja penderita. Hal ini terdapat kesesuaian antara teori
dengan kasus An. A, bahwa tanda-tanda tersebut adalah buang air besar lebih dari tiga
kali sehari.
Pada kasus An. A
didapatkan bahwa An. A mengalami diare dehidrasi ringan dengan buang air besar lebih dari 4x sehari
yaitu dengan ditemukannya tinja yang encer, teori dan kasus ini sesuai dengan
pernyataan oleh (Ngastiah, 1998).
Menurut
Mansjoer (2000), penanganan dari diare dengan dehidrasi ringan adalah personal
hygine, pemberian nutrisi yang cukup seperti pemberian cairan dan makanan
pengganti ASI, melakukan cuci tangan sebelum merawat An. A, membersihkan botol
yang bersih apabila anak menggunakan susu formula, dan pemberian obat secara
teratur sesuai anjuran dokter.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat
Pada kasus An. A, 8 bulan, dengan diare
di Rumah Sakit Umum Kab. Tangerang. Pasien dirawat selama 3 hari. Tiap empat
jam sekali dilakukan observasi keadaan umum anak, mulai dari tanda-tanda
vital,ubun-ubun, mata, mulut, perut, kulit,rectum. Pada hari pertama tanggal 08
September 2013 orang tua An.A mengatakan bahwa anaknya mengalami keluhan panas
lebih dari 8 hari yang lalu sepanjang hari sebelum masuk rumah sakit,
mencret-mencret encer ± 4x dalam sehari dan sudah berlangsung selama 2 hari.
Pada hari kedua tanggal 9 September 2013 orang tua An.A mengatakan kondi
anaknya sudah membaik, BAB 2x sehari dan tidak terlalu encer, mobilisasi baik,
dokter mengatakan An.A sudah
diperbolehkan pulang pada tanggal 10 September 2013.
Pada teori dan kasus An.A tidak banyak
terjadi kesenjangan, perawat telah melakukan apa yang telah menjadi wewenangnya
yaitu bila ada kasus diare harus segera melakukan tindakan dan observasi agar
tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan.
5.2
Saran
5.2.1.
Bagi
Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan
yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan pada anak dengan kasus diare
sesuai dengan standart profesi kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang
terkadang timbul antara teori yang didapat diperkuliahan dengan praktek yang
nyata dilahan serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
5.2.2.
Bagi
Lahan Praktek
Untuk bidan maupun petugas tenaga
kesehatan lainnya, diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan pada anak
dengan kasus diare dan mencegah terjadinya komplikasi yang berkelanjutan.
5.2.3.
Bagi
Klien
Diharapkan orang tua lebih memahami
pentingnya kesehatan untuk kesejahteraan dan meningkatkan pengetahuan tentang diare. Dukungan keluarga sangat berarti
untuk anak selama masa pertumbuhannya.
5.2.4.
Bagi
Institusi Pendidikan
Agar institusi dapat menilai sejauh mana
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan
mempraktekkan dan menerapkannya pada klien secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan,
Resepno dan Alatas Husein. 1985. Ilmu
Kesehatan Anak FKUI RCCMC. Jakarta : Infomedika
Kosim,
M Soleh dkk. 2012. Buku Panduan Manajemen
Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan
Dasar. Departemen Kesehatan RI
Mansjoer,
Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Mansjoer,
Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran
FKUI. Jakarta : Media Aesculapis
Marni
dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Noer,
Saifullah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1 FKUI. Jakarta : Gaya Baru
Rukiyah
dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus,
Bayi dan Anak Balita. Jakata : Trans Info Media
Pearce,
Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Uliyah,
Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untu Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar